Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit.
Beberapa cara penularan virus HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
- Hubungan seks tanpa kondom
- Berbagi alat suntik dengan orang yang positif mengidap HIV, terutama di kalangan pengguna narkotika suntik
- Ibu hamil positif HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan/atau waktu menyusui
- Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV
Tidak ada obat untuk HIV, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan
untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini akan membuat
orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama sehingga bisa menjalani
hidup dengan normal.
Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang
efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
HIV/AIDS di Indonesia
Secara
global, infeksi HIV/AIDS mengalami penurunan. Semua ini dikarenakan
oleh intervensi yang menyebabkan perubahan pola komunikasi, pemakaian
kondom, pencegahan transmisi dari Ibu-Anak, kampanye khitan dan
pencegahan lainnya. Infeksi HIV baru sudah menurun dalam satu dekade
terakhir. Tahun 2013, infeksi HIV dunia mencapai 2,3 juta. Mengalami
penurunan sebanyak 33% sejak tahun 2001.
Sejak pertama kali
ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 sampai dengan Desember 2013,
HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi
HIV/AIDS.
Setiap 25 menit di Indonesia, satu orang akan
terinfeksi HIV. Satu dari lima orang yang terinfeksi berusia di bawah
25 tahun. Proyeksi Kementerian Kesehatan Indonesia memperlihatkan, tanpa
adanya percepatan program pencegahan HIV, lebih dari 500.000 orang
Indonesia akan positif terinfeksi HIV pada tahun 2014. Papua, Jakarta
dan Bali yang berada paling depan dalam tingkat penyebaran kasus HIV
baru per 100.000 orang. Jakarta memiliki angkat terbesar untuk kasus
baru pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.012 kasus.
Penyebaran HIV
HIV
adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi. Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina,
cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat
atau urin.
Di Indonesia
faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman
dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
- Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
- Melalu seks oral.
- Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
- Memakai jarum, suntikan dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Tes Infeksi HIV
Jika
Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai
konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik
VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil
diagnosis HIV pada tubuh Anda.
Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT
(Voluntary Counseling and Testing)
atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela
dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu.
Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga
pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi
hasil tes HIV.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan
adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah
protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang
kuman atau bakteri tertentu.
Ada beberapa tempat untuk melakukan
tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit atau klinik kesehatan
terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang
fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).
Jika
hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit
spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes
ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda.
Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa
dilakukan.
Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV
Meski belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV, tapi langkah
pengobatan HIV
yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa
memperpanjang hidup bagi penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola
hidup yang sehat.
Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama
antiretroviral
(ARV) yang berfungsi menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan
tubuh. Obat-obatan diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi tiap
hari. Anda akan disarankan melakukan pola hidup sehat. Misalnya makanan
sehat, tidak merokok,
vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Tanpa
pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan
menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang
membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium
akhir atau AIDS.
Cara Pencegahan HIV
Cara terbaik untuk
mencegah HIV adalah
dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi
jarum atau peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan
seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, berisiko untuk
terinfeksi HIV.
Gejala HIV/AIDS
Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
serokonversi. Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala yang
muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.
Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti
flu.
Setelah ini, HIV tidak menyebabkan gejala apa pun selama beberapa
tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah
terinfeksi. Ini sering disebut sebagai serokonversi.
Diperkirakan sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
- Tenggorokan sakit
- Demam
- Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
- Pembengkakan noda limfa
- Penurunan berat badan
- Diare
- Kelelahan
- Nyeri persendian
- Nyeri otot
Gejala-gejala
di atas bisa bertahan hingga satu bulan. Ini adalah pertanda sistem
kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi gejala tersebut bisa
disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata
karena terinfeksi HIV.
Lakukan tes HIV jika Anda merasa berisiko
terinfeksi atau ketika muncul gejala yang disebutkan di atas. Tapi perlu
diingat, tidak semua orang mengalami gejala sama seperti yang
disebutkan di atas. Jika merasa telah melakukan sesuatu yang membuat
Anda berisiko terinfeksi, kunjungi klinik atau rumah sakit terdekat
untuk menjalani tes HIV.
Tahap Kedua
Setelah
gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih
lanjut selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini adalah tahapan ketika
infeksi HIV berlangsung tanpa munculnya gejala. Virus yang ada terus
menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini, Anda akan
merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah
mengidap HIV, tapi kita bisa menularkan infeksi ini pada orang lain.
Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun atau bahkan bisa lebih.
Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV
Jika
tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit
serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:
- Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha.
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
- Merasa kelelahan hampir pada tiap saat.
- Berkeringat di malam hari.
- Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
- Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.
- Sesak napas.
- Diare yang parah dan berkelanjutan.
- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan atau vagina.
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya kanker, TB, dan
pneumonia.
Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap bisa dilakukan.
Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
Penyebab HIV/AIDS
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum
suntik untuk penggunaan narkotika.
Entah terjadi gejala atau
tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang
lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus
beberapa minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan
menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain.
Penyebaran HIV
HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara seperti
virus batuk dan
flu.
HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi cairan seperti
air liur, keringat, atau urin tidak bisa menularkan virus ke orang
lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup
banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke dalam tubuh orang lain
adalah:
- Darah
- Dinding anus
- Air Susu Ibu
- Sperma
- Cairan vagina, termasuk darah menstruasi
HIV
tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi
perlengkapan mandi, handuk atau peralatan makan, memakai toilet atau
kolam renang yang sama, digigit binatang atau serangga seperti nyamuk.
Cara yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah adalah:
- Melalui luka terbuka di kulit.
- Melalui luka terbuka di kulit.
- Melalui dinding tipis pada mulut dan mata.
- Melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.
- Melalui suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang terinfeksi.
Melalui hubungan seks
Penyebaran
virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina
dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga berisiko
terinfeksi, tapi risikonya cukup kecil. Penyebaran HIV melalui seks oral
akan meningkat jika orang yang melakukan seks oral sedang
sariawan atau
terdapat luka di mulut. Atau orang yang melakukan seks dengan orang
baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.
- Tinggi rendahnya risiko penularan HIV berbeda-beda, tergantung pada jenis hubungan seks yang dilakukan.
- Melakukan seks oral pada pria yang positif HIV, dan pria itu ejakulasi di mulut.
- Penularan
HIV bisa terjadi ketika kita lakukan seks oral pada wanita yang positif
mengidap HIV, terutama saat sang wanita sedang menstruasi, meski risikonya kecil.
- Menerima seks oral dari orang yang menderita HIV, risikonya sangat rendah, karena HIV tidak menular melalui air liur.
Selain melalui hubungan seks, HIV bisa menular melalui:
- Tranfusi darah.
- Dari ibu kepada bayi, baik saat kehamilan, melahirkan atau ketika menyusui.
- Berbagi jarum, baik untuk menindik atau menato.
- Berbagi suntikan, terutama bagi para panasun (pengguna narkotika suntik).
Pengaruh HIV Pada Tubuh Manusia
Sistem
kekebalan tubuh bertugas melindungi kita dari penyakit yang menyerang.
Salah satu unsur yang penting dari sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4
(salah satu jenis sel darah putih). Sel ini melindungi dari beragam
bakteri, virus dan kuman lainnya.
HIV menginfeksi sistem kekebalan
tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4. Virus ini
memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang
menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada
waktu yang sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem kekebalan tubuh
akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem kekebalan tubuh tidak
berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap merasa
sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama 10
tahun atau bahkan lebih. Dan penderita bisa menyebarkan virus pada
periode ini.
Orang-orang yang Berisiko Terinfeksi HIV
Ingatlah
bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal batasan usia.
Tapi terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi
HIV. Mereka adalah:
- Orang-orang yang memakai narkotika suntik.
- Orang membuat tato atau tindik.
- Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun heteroseksual.
- Orang
yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV
tinggi, misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia dan Amerika bagian selatan.
- Orang yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.
- Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
- Orang yang melakukan hubungan seks dengan pemakai narkotika suntik.
Diagnosis HIV/AIDS
Orang yang baru saja terinfeksi HIV akan mengalami gejala seperti penyakit
flu. Ini terjadi selama kurang lebih satu bulan setelah terinfeksi. Gejala awal yang muncul seperti
demam,
tenggorokan sakit dan munculnya ruam. Tapi, beberapa orang yang
menderita HIV tidak merasakan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
Hanya
dengan menjalani tes HIV, kita bisa tahu pasti apakah kita terinfeksi
atau tidak. Makin cepat HIV terdeteksi, maka tingkat keberhasilan
pengobatan akan lebih tinggi. Jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV,
konsultasikan kepada dokter atau klinik kesehatan terdekat.
Jangan
menunda penanganan setelah Anda tahu telah terinfeksi HIV. Jika
terlambat, virus bisa dengan cepat menyebar ke dalam sistem kekebalan
tubuh. Hal ini bisa mengganggu kesehatan Anda. Anda juga bisa
menghindari penyebaran virus kepada orang-orang terdekat atau pun kepada
orang lain.
Melakukan Tes HIV/AIDS
Untuk menguji apakah
kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling umum adalah tes darah. Darah
akan diperiksa di laboratorium. Tes ini berfungsi untuk menemukan
antibodi terhadap HIV di dalam darah. Tapi tes darah ini baru bisa
dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan setelah terinfeksi HIV
karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk langsung setelah infeksi
awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu sekitar dua minggu hingga enam
bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah.
Masa antara infeksi
HIV dan terbentuknya antibodi yang cukup untuk menunjukkan hasil tes
positif disebut sebagai “masa jendela”. Pada masa ini, seseorang yang
terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus ini, meski dalam tes darah
tidak terlihat adanya antibodi terhadap HIV dalam darah.
Sebelum
seseorang diberikan diagnosis yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali
tes untuk memastikan. Hal ini dikarenakan masa jendela HIV cukup lama.
Jadi hasil tes pertama yang dilakukan belum tentu bisa dipercaya.
Lakukan tes beberapa kali jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV.
Jika
dinyatakan positif HIV, beberapa tes harus dilakukan untuk memerhatikan
perkembangan infeksi. Setelah itu barulah bisa diketahui kapan harus
memulai pengobatan terhadap HIV.
Tempat Melakukan Tes HIV/AIDS
Ada beberapa
tempat untuk melakukan tes darah HIV. Bahkan, beberapa puskesmas juga
sudah menyediakan layanan untuk tes HIV. Klik
tautan ini untuk melihat beberapa rumah sakit di Indonesia yang menyediakan fasilitas tes HIV.
Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
Sedangkan
lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Anda bisa berkonsultasi
kepada mereka tentang segala hal yang berhubungan dengan HIV/AIDS.
Sekarang
alat tes HIV untuk di rumahan juga tersedia bebas untuk dibeli di
apotik, klinik kesehatan, atau melalui daring internet. Tapi untuk lebih
jelas dalam memahami virus ini, disarankan untuk berkonsultasi kepada
dokter.
Jika berminat melakukan tes HIV, sebelumnya akan diberikan penyuluhan
atau konseling. Tes HIV tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan orang
yang bersangkutan.
Pengobatan HIV/AIDS
Tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan
yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat
orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola
hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk
mengendalikan virus.
Obat-obatan Darurat Awal HIV
Jika
merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3×24
jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama
post-exposure prophylaxis
(PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan.
Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada
mengobati.
Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah
terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa
diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka
lebih baik.
Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping
obat ini serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan
berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang
sudah dites positif HIV.
Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit
infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.
Hasil Tes Positif HIV
Hasi
tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini
seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka
akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana
menghadapi situasi yang terjadi saat itu.
Tes darah akan dilakukan
secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum memulai
pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem
kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel
CD4 dalam darah. Sel CD4 adalah sel yang bertugas untuk melawan infeksi
Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah
terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan
untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk
menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau
menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk
menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.
Keterlibatan Penyakit Lain
Bagi
penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV,
pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV
sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi yang akan menekan sistem
kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan angka CD4 berapa pun. Atau
ketika Anda juga menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal,
dan penyakit otak.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral
(ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV.
Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan
virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV.
Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan.
Pengobatan
kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART).
Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat
ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis
pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV
sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai,
mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV
tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
Jika
menggabungkan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV, hal
ini bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu
konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita
hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita
hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya.
Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi
HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi
pengobatan sejak awal.
Dengan pengobatan lebih dini, risiko
menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi
beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi
caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak
memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui.
Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter
sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.
Konsumsi Obat Secara Teratur
Anda harus
membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup
sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat
secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika
melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
Efek Samping Pengobatan HIV
Semua
pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan.
Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba
kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek
samping yang umumnya terjadi:
- Kelelahan
- Mual
- Ruam pada kulit
- Diare
- Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
- Perubahan suasana hati
Sumber Artikel : http://www.alodokter.com