Asal mula Sholat Tarawih dari Zaman Rasul Muhammad SAW sampai saat ini.
Quote:
Quote:Asal mula Sholat Tarawih dari Zaman Rasul Muhammad SAW sampai saat ini
Shalat tarawih adalah bagian dari shalat nafilah (tathawwu’).
Mengerjakannya disunnahkan secara berjama’ah pada bulan Ramadhan, dan
sunnah muakkadah. Disebut tarawih, karena setiap selesai dari empat
rakaat, para jama’ah duduk untuk istirahat.
Tarawih adalah bentuk jama’ dari tarwihah. Menurut bahasa berarti jalsah
(duduk). Kemudian duduk pada bulan Ramadhan setelah selesai dari empat
raka’at disebut tarwihah; karena dengan duduk itu, orang-orang bisa
istirahat dari lamanya melaksanakan qiyam Ramadhan.
Bahkan para salaf bertumpu pada tongkat, karena terlalu lamanya berdiri.
Dari situ, kemudian setiap empat raka’at, disebut tarwihah, dan
kesemuanya disebut tarawih secara majaz.
Aisyah ditanya:
“Bagaimana shalat Rasul pada bulan Ramadhan?”
Dia menjawab,
“Beliau tidak pemah menambah di Ramadhan atau di luarnya lebih dari
11 raka’at. Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang
bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” (HR Bukhari).
Kata (kemudian), adalah kata penghubung yang memberikan makna berurutan, dan adanya jeda waktu.
Rasulullah shalat empat raka’at dengan dua kali salam, kemudian beristirahat. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah,
"Adalah Rasulullah melakukan shalat pada waktu setelah selesainya
shalat Isya’, hingga waktu fajar, sebanyak 11 raka’at, mengucapkan salam
pada setiap dua raka’at, dan melakukan witir dengan satu raka’at. (HR
Muslim)."
Juga berdasarkan keterangan Ibn Umar RA, bahwa seseorang bertanya,
“Wahai Rasulullah, bagaimana shalat malam itu?”
Beliau menjawab,
Yaitu dua raka’at-dua raka’at, maka apabila kamu khawatir shubuh, berwitirlah dengan satu raka’at. (HR Bukhari).
Dalam hadits Ibn Umar RA yang lain disebutkan:
Shalat malam dan siang dua raka’at-dua raka’at. (HR Ibn Abi Syaibah).
Spoiler for Sholat Tarawih pada zaman Nabi Muhammad SAW
Quote:Sholat Tarawih pada zaman Nabi Muhammad SAW
Nabi telah melaksanakan dan memimpin shalat tarawih. Bahkan beliau
menjelaskan fadhilahnya, dan menyetujui jama’ah tarawih yang dipimpin
oleh sahabat Ubay bin Ka’ab. Berikut ini adalah dalil-dalil yang
menjelaskan, bahwa shalat tarawih secara berjama’ah disunnahkan oleh
Nabi, dan dilakukan secara khusyu’ dengan bacaan yang panjang.
Hadits Nu’man bin Basyir, ia berkata:
Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah pada
malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat
lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh
malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami
menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.
Hadits Abu Dzar, ia berkata:
Kami puasa, tetapi Nabi tidak memimpin kami untuk melakukan shalat
(tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah
mengimami karni shalat, sampai lewat sepertiga malam.
Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke
lima, beliau memimpin shalat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami
berkata kepada Rasulullah,
“Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?”,
maka beliau bersada,
Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat satu malam (suntuk).
Kemudian beliau tidak memimpin shalat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga
hari. Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau
mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir
tidak mendapat falah.
saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata,
“Sahur".
Spoiler for Shalat Tarawih Pada Zaman Khulafa’ur Rasyidin
Quote:Shalat Tarawih Pada Zaman Khulafa’ur Rasyidin
Para sahabat Rasulullah, shalat tarawih di masjid Nabawi pada malam-malam Ramadhan secara awza’an (berpencar-pencar).
Orang yang bisa membaca Al Qur’an ada yang mengimami 5 orang, ada yang 6
orang, ada yang lebih sedikit dari itu, dan ada yang lebih banyak. Az
Zuhri berkata,
“Ketika Rasulullah wafat,
orangorang shalat tarawih dengan cara seperti itu. Kemudian pada masa
Abu Bakar, caranya tetap seperti itu; begitu pula awal khalifah Umar.”
Abdurrahman bin Abdul Qari’ berkata,
“Saya keluar ke masjid bersama
Umar pada bulan Ramadhan. Ketika itu orang-orang berpencaran; ada yang
shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan jama’ah yang kecil (kurang
dari sepuluh orang).
Sayyidina Umar RA berkata,
"Demi Allah, saya melihat (berpandangan), seandainya mereka semua disatukan di belakang satu imam, tentu lebih utama,"
Kemudian
beliau bertekad dan mengumpulkan mereka di bawah pimpinan Ubay bin
Ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama beliau pada malam lain. Ketika
itu orang-orang sedang shalat di belakang imam mereka.
Maka Sayyidina Umar RA berkata,
’Ini adalah sebaik-baik hal baru.’
Spoiler for Sholat Tarawih Berjamaah
Quote:Sholat Tarawih Berjamaah
Orang yang pertama kali mengumpulkan orang-orang muslim untuk melakukan
salat tarawih secara berjamaah dengan hitungan 20 rakaat adalah Khalifah
Umar bin Khattab ra. dan disetujui oleh para sahabat Nabi pada waktu
itu. Kegiatan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Khalifah Usman
dan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Kegiatan salat tarawih secara
berjamaah seperti ini terkait sabda Rasulullah SAW :
Quote:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
"Wajib atas kamu sekalian mengikuti sunnahku dan sunnah dari al-Khulafaur Rasyidin”.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. bahkan menambah jumlah rakaatnya
menjadi 36 (tiga puluh enam) rakaat. Tambahan ini beliau maksudkan untuk
menyamakan dengan keutamaan dan pahala penduduk Makkah yang setiap kali
selesai melakukan salat empat rakaat, mereka melakukan thawaf. Jadi
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. melakukan salat empat rakaat sebagai
ganti dari satu kali thawaf agar dapat memperoleh pahala dan ganjaran
berimbang.
Berdasarkan sunnah dari Khalifah Umar bin Khattab tersebut, maka :
1. Menurut madzhab Hanafi, Syafii dan Hambali, jumlah salat tarawih adalah 20 rakaat selain salat witir.
2. Menurut madzhab Maliki, jumlah salat tarawih adalah 36 (tigapuluh
enam) rakaat, karena mengikuti sunnah dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ini adalah dalil dari kebenaran ijtihad dari para ulama dalam menambahi
ibadah yang telah disyariatkan. Sama sekali tidak perlu diragukan bahwa
setiap orang diperbolehkan untuk melakukan salat sunnah semampu mungkin
pada waktu malam atau siang hari, kecuali pada waktu-waktu yang dilarang
untuk melakukan salat.
Quote:Wallahu a’lam
Related Posts :