Krisis finansial yang terjadi saat ini seharusnya bisa ditanggapi
secara positif oleh Anda yang sebenarnya masih mampu hidup dengan layak.
Jadikan krisis ini sebagai sinyal bahwa Anda harus mulai hidup hemat
dan lebih banyak menabung, untuk memberi kemandirian finansial ketika
krisis akhirnya betul-betul terjadi pada Anda.
Namun, ketika Anda
sedang mencari cara untuk memotong pengeluaran Anda, jangan biarkan
penghematan yang Anda lakukan berjalan terlalu jauh. Anda berusaha
membuat pengaturan keuangan yang cerdas, namun Anda masih ingin
mengambil keuntungan. Apa yang Anda hemat, ternyata menyebabkan kerugian
orang lain. Ada perbedaan antara menerapkan sikap hemat dan pelit, atau
irit dan tidak bertanggung jawab. Anda ingin tahu contohnya?
Hemat: Membeli barang-barang yang dibutuhkan saat
salePelit: Hanya membeli barang saat
saleMencari
barang-barang yang didiskon bisa jadi cara yang cerdas untuk memenuhi
kebutuhan barang sehari-hari, pakaian, dan pada hakekatnya barang-barang
lain yang perlu Anda dapatkan dengan budget yang ngepas. Di
hipermarket, misalnya, Anda bisa membeli bahan-bahan makanan yang ada
dalam daftar promo.
Cara ini menjadi
tricky ketika Anda
menolak membeli barang-barang yang tidak didiskon. Hal ini bisa
mendorong Anda untuk membeli barang-barang yang mungkin lebih murah,
padahal sebenarnya tidak Anda butuhkan. Dengan cara ini Anda justru bisa
berbelanja lebih banyak daripada yang Anda butuhkan. Nilai barang
tersebut seringkali tidak sesuai dengan uang yang Anda keluarkan.
Hemat: Memberi tip sesuai prosentase layanan
Pelit: Tidak pernah memberi tip
Beberapa
penyedia jasa layanan seringkali membayar karyawannya dengan gaji yang
rendah. Karena itu, karyawan mengharapkan tip dari para pelanggannya.
Jika Anda tidak mendapatkan layanan yang layak, memang tidak salah jika
Anda enggan meninggalkan tip. Namun, jika Anda tidak pernah memberikan
tip meskipun menerima layanan yang memuaskan, coba tanya diri Anda apa
sebabnya. Apakah karena Anda menganggap
waiter atau penata rambut Anda sudah menerima gaji yang cukup, atau hanya karena Anda tidak mau kehilangan uang?
Hemat: Menyisihkan uang untuk ditabung
Pelit: Menabung semua gaji, dan tak pernah bersenang-senang
Ada
orang yang berprinsip menabung sebanyak-banyaknya selagi muda.
Tujuannya, misalnya, agar kelak bisa membeli rumah dan pensiun dini
untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga. Atau, traveling
dan mengejar impian Anda yang lain. Prinsip seperti ini tentu patut
ditiru. Namun, jika Anda menolak untuk membayar biaya reuni karena Anda
tidak berniat ikut menikmati hidangannya, atau tak pernah mau memberi
sumbangan untuk teman yang sedang terkena musibah, coba tanyakan kembali
pada diri Anda: untuk apa Anda menabung. Sebagai manusia yang harus
hidup bersosialisasi, tak ada salahnya Anda juga menyisihkan sedikit
dana untuk menikmati hidup.
Hemat: Mengambil keuntungan dari penawaran yang baik
Pelit: Hanya mau untungnya saja
Anda
tahu kan, ketika bank penerbit kartu kredit memberikan katalog berisi
penawaran harga produk yang lebih murah, atau bunga cicilan sebesar 0
persen. Jika Anda sudah mengecek harganya dengan harga di pasaran, dan
memang menguntungkan, tentu barang ini layak diburu. Tetapi, Anda bisa
dibilang pelit atau tidak bertanggung jawab, bila Anda lalu menolak
membayar tagihannya. Atau, Anda menikmati hidangan di restoran yang
menawarkan konsep
all you can eat, namun diam-diam Anda membagi makanan Anda kepada anak Anda (dan hanya membayar untuk satu orang).
Hemat: Mengambil pake internet dan TV berbayar yang lebih murah
Pelit: Mencurinya dari tetangga Anda
Ada
banyak tagihan yang harus dibayar oleh sebuah rumah tangga saat ini:
dari air, listrik, telepon, TV berbayar, hingga internet. Jika Anda bisa
mengurangi masing-masing pengeluaran tersebut, tentu Anda akan banyak
berhemat. Misalnya, mengambil paket langganan TV berbayar yang paling
dasar saja. Tetapi, jika Anda memutuskan untuk menghemat pengeluaran,
Anda harus berkomitmen untuk hidup tanpa layanan tersebut. Jika Anda
berhenti langganan internet, tapi lalu mengambil sambungan melalui
sinyal
wireless dari tetangga Anda, tentu ini cara-cara yang
murahan. Atau, Anda baru pindah ke rumah kontrakan yang baru, lalu
mencuri listrik dari tetangga Anda. Ini kebiasaan orang yang tidak
bertanggung jawab.
Intinya, jika Anda memotong anggaran Anda
habis-habisan sehingga Anda merasa harus memenuhi kebutuhan Anda dengan
mengambil keuntungan dari orang lain, itulah tanda-tanda bahwa Anda
pelit dan tidak bertanggung jawab. Menyusun
budget dan menabung
harus dilakukan secara terukur, agar bisa tetap bertahan hidup dengan
layak, dan mencapai tujuan finansial yang diinginkan.
Definisi Pelit dan Hemat
Pertama-tama, ada perbedaan fundamental yang besar antara pelit dan hemat.
Collins English Dictionary mengdefinisikan Cheapskate (Pelit) as “a miserly person” or “a stingy hoarder of money and possessions (often living miserably)” while Frugal (Hemat) is defined as “practicing economy, living without waste, thrifty”.
Pelit: orang yang sengsara, penimbun uang dan harta benda (sering kali hidup menderita).
Hemat: hidup ekonomis, tanpa pengeluaran yang tak perlu dan cermat.
Dengan kata lain, orang yang pelit cenderung
hidup sengsara sementara orang hemat tidak meskipun pengeluaran mereka
kurang lebih sama.
Untuk lebih jelasnya saya harap ilustrasi berikut
bisa lebih memperjelas perbedaannya:
Harga dan Kualitas
Orang yang Pelit akan selalu berusaha mendapatkan
harga TERMURAH tanpa peduli apakah kualitasnya sesuai untuk keperluannya
(fit for purpose). Harga tentu saja masih menjadi factor penentu untuk
membeli untuk orang Hemat tapi orang Hemat tidak ragu2 untuk membayar
sedikit lebih mahal untuk kualitas yang bagus dan masih mempertimbangkan
dengan penuh apakah kualitas yang ditampilkan memang perlu untuk
kebutuhanya.
Contoh: si Hemat cenderung membeli mobil yang tidak rewel
nan andal (low maintenance and reliable) untuk membawa dia dari tempat A
ke tempat B tanpa embel2 ‘kemewahan’ yang tidak perlu seperti: jok
kulit, merek tertentu dan sebagainya.
Contoh di dunia nyata: Tom Walton
(Billionaire, pendiri Walmart) dan Warren Buffet (Billionaire, investor,
pendiri Berkshire Hathaway). Baca juga ‘
The Millionaire Next Door’ yang ditulis oleh Thomas J Stanley dan William D Danko kalau anda tertarik untuk mengintip lebih jauh sifat2 para jutawan.
Uang dan Kebahagiaan
Saya pribadi tidak pernah bertemu orang yang benar2
pelit seperti definisi diatas jadi saya tidak bisa benar2 tahu apa yang
sebenarnya di pikir si Pelit tentang uang. Tapi dugaan saya si Pelit
menabung uang semata-mata hanya untuk ditabung tanpa tujuan lebih jauh,
ketakutan akan kekurangan yang berlebihan dan menggengam uang dan harta
bedanya erat2 karena percaya itu semua bisa memberi dia ‘keamanan’.
Mengenai uang si Hemat bisa jadi dari luar mirip dengan si Pelit karena sikapnya ‘duit tidak tumbuh dari pohon’, tetapi si Hemat secara penuh kesadaran mengukur pengeluaran dia terhadap peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan.
Si Hemat tidak akan menghabiskan uang untuk gengsi2an atau ikut2an tapi
dia tidak ragu untuk mengeluarkan uang yang membuat dia bahagia atau
meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini biasanya menyangkut orang2
tercinta, teman2 sejati yang berarti baginya, amal dan hobi dia.
Saya nyakin kita2 pernah melihat contoh ini di
dunia nyata. Orang tua yang bekerja keras dan berhemat mengumpulkan uang
agar bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. Dari luar
kelihatannya si ortu pelit, ‘sengsara’ tidak pernah memanjakan diri.
Tapi dalam hati si ortu tidak melihat itu sebagai pengorbanan*, melihat
anaknya siap menghadapi masa depan dan hidup lebih baik dari dirinya
merupakan kebanggaan dan kebahagiaan sendiri bagi mereka.
*definisi pengorbanan: menukar sesuatu yang baik untuk sesuatu yang LEBIH BAIK
Bagaimana kalau hobi si Hemat ternyata memang
mahal? Teman saya hobi jalan2/travelling keliling dunia, dia bilang dia
tidak peduli shopping untuk fashion dan update barang2 elektronik. Lebih
baik duitnya dipake untuk pengeluaran yg benar2 berarti, yang benar2
bisa meningkatkan kebahagian/mencapai impian dia daripada ikut2an atau
untuk gengsi2an.
Kesimpulan
Si Hemat memangkas pengeluaran2 tidak berarti/tidak berguna tanpa ampun dan berfokus/memprioritaskan pada pengeluaran yang benar-benar
berarti untuknya (setiap orang berbeda, silahkan identifikasi apa yang
berarti untuk anda) sementara si Pelit memangkas semua pengeluaran
membabi buta tanpa berpikir lebih dalam dan bahkan pada kasus ekstrem
kalau bisa si Pelit ingin mendapat semuanya gratis.
Si Hemat memiliki kontrol yang lebih besar atas
pengeluarannya sendiri (majikan atas uangnya) dibanding si Pelit dan si
tukang gengsi2an & ikut2an yang menjadi hamba dari materi dan
uangnya.
Uang dan barang pada akhirnya hanyalah alat untuk
membantu (bukan melengkapi!) hidup kita bukan tujuan akhir itu sendiri
dan tidak sepatutnya kita mengidentifikasikan diri kita dari apa yang
kita pakai atau apa yang kita punya. Hanya karena kita sanggup membeli
bukan berarti kita harus membeli.
Putuskan dengan penuh kesadaran pengeluaran mana yang benar-benar
berarti, penting dan bisa meningkatkan kualitas hidup anda, hindari
sikap pasif yang dengan latah mengadopsi apapun yang dilempar
perusahan2an ke pasar.
Dulu kita dikenal sebagai manusia tapi di jaman yang serba materialistik dan konsumtif sekarang kita dikenal sebagai konsumen.
Sumber : Kompas.com
Related Posts :